Rabu, 20 Juni 2012

JALAN KEBENARAN (Dari Alamat Sughro Ke Kubro) Bab.2




BAB : II

1.    PENGALAMAN HUSNAN YANG MISTERIUS

Husnan, nama asalnya Asnan adalah penduduk Kupang Gunung Surabaya, seorang biasa keturunan rakyat kecil di desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur.

Ia dibesarkan dalam miliu santri, sejak kecil belajar mengaji dan terutama mendalami ilmu tauhid yang merupakan dasar pokok ajaran Islam. Orang tuanya tergolong orang yang tidak mampu bernama Husein berasal dari daerah Demak, Propinsi Jawa Tengah.

Untuk memperdalam ilmu agama, oleh orang tuanya ia disekolahkan madrasah di desa yang dekat rumahnya sejak tahun 1949 sampai 1954 yakni Tebuireng Jombang. Setelah dewasa ia dikawinkan dengan seorang perempuan bernama Sholihatin binti Sholihin dari desa Ponokawan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo yaitu pada tahun 1959. Selang beberapa tahun Husnan dengan isterinya pindah ke Surabaya tinggal di Gubeng Sawah, kemudian pada tahun 1962 pindah lagi ke Kupang Gunung.

a.       Peristiwa pertama terjadi.

Pada suatu malam dalam suasana sunyi sepi, waktu itu tanggal 12 April 1963 tengah malam tepat hari Jum’at Pon, waktu itu Husnan belum tidur ; mendadak kedatangan empat orang laki – laki yang berpakaian serba putih berwajah bagus bercahaya, rambutnya tersisir rapi, belum pernah ia melihat orang – orang setampan itu, masuk ke dalam rumahnya tanpa membuka pintu dan ternyata pintu masih dalam keadaan tertutup.

Salah seorang diantara mereka memeluk dirinya erat – erat. Dalam keadaan takut yang amat sangat, ia mendengar kata – kata yang diucapkan oleh orang tersebut : “Suaramu akan saya ambil, sebentar lagi engkau menjadi bisu”. Orang tersebut menurut abah Thoyib adalah Nabi Dawud. Sejurus kemudian mereka pergi.

Dengan tergopoh – gopoh ia segera membangunkan isterinya dan masih sempat berkata bahwa baru saja ada tamu misterius, dan berkata bahwa tidak lama lagi ia akan bisu. Setelah berkata begitu ia lalu pingsan. Dalam keadaan kebingungan isterinya menggerak – gerakkan tubuh suaminya sambil berdoa sejadi – jadinya. Setelah sadar ternyata suaminya benar – benar bisu.

Pagi harinya berkerumunlah orang – orang di rumah Husnan ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Melihat keadaan fisiknya tetap sehat, panca indranya baik semua, hanya saja ia tak dapat berbicara. Menurut penjelasan abah Toyib (seorang wali di Kemayoran, Surabaya), bahwa tamu yang datang pada malam Jum’at yang lalu itu ialah seorang malaikat, nabi Dawud dan dua orang wali Allah.

Pagi hari itu juga khabar tersebut telah tercium oleh para wartawan, sehingga rumahnya menjadi penuh sesak oleh orang – orang yang berdatangan ingin mengetahui kejadian sebenarnya. Para wartawan banyak mengajukan pertanyaan dan bermacam – macam. Dengan sabar ia menjawab secara tertulis menurut apa adanya, tidak ditambah dan tidak dikurangi. Begitu cepat khabar tersiar dimana – mana, malahan foto Husnan sekeluarga dimuatnya juga.

Di antara orang – orang itu ada yang mengatakan bahwa bisunya itu dibuat – buat yakni berpuasa bisu, ada pula yang berpendapat bahwa bisunya ada sangkut pautnya dengan kuburan dan sebagainya, karena memang Kupang gunung itu komplek kuburan Cina. Dugaan orang – orang tersebut dibantah oleh Husnan, bahwa bisunya itu tidak ada sangkut pautnya dengan kuburan dan sebagainya.

Ia ditimpa musibah itu bukan main susahnya. Keluarganya, orang tua dan sanak familinya, semuanya berusaha dengan sekuat tenaga mencarikan obat.

b.       Usaha penyembuhan.

Dalam usaha mendapatkan kesembuhan telah dilakukan dengan berbagai cara, nasehat atau fatwa orang – orang tua diikutinya. Ia telah diperiksa oleh sembilan orang dokter, dua professor, sehingga menghabiskan beaya tidak kurang dari Rp.46.000,-(empat puluh enam ribu rupiah). Mereka memeriksa dengan teliti sekali, namun belum memperoleh hasil. Malah ada diantara dokter yang mengatakan bahwa ia tidak ada gangguan penyakit, organ – organ tubuh baik semua, ia sehat – sehat saja.

Setelah berobat secara medis tidak memperoleh hasil, maka ia berikhtiar melalui para ahli kebatinan dan para ulama, yang insya Allah dari mereka ia memperoleh kesembuhan harapannya.

Di samping ia sendiri mencari pengobatan, mertuanyapun tidak tinggal diam, diusahakannya pula obat kepada mbah Sahlan Krian dan mbah Hudlori Mojoagung. Dari mbah Sahlan tidak diperoleh sesuatu apapun, baik berupa obat ataupun petunjuk – petunjuk. Dari mbah Hudlori diperoleh sebuah botol berisi air hujan salah musim yang telah lama disimpannya, sambil berkata : “Engkin sonten kulo ngriko tiang kalih”(Nanti malam saya datang berdua kesana, yakni ke rumah Husnan).

Siang itu juga mertuanya kembali ke Surabaya, menyampaikan pesan mbah Hudlori sambil menyerahkan obat hasil usahanya. Obat itu supaya diminum dan sisanya diusapkan ke seluruh tubuhnya sesuai dengan petunjuk yang diterimanya.

c.        Peristiwa kedua.

Pada malam itu juga tercatat tanggal 25 April 1963 jam 21.00 kebetulan malam Jum’at Paing, benar – benar Husnan menerima tamu ; bukannya dua orang saja bahkan lima orang. Yaitu mbah Hudlori, abah Toyib, mbah Sahlan, mbah Abas dan Raden Muhammad Surya Alam alias mbah Bun. Orang – orang tersebut sudah banyak dikenal terutama oleh sebagian masyarakat Islam Jawa Timur, bahwa beliau – beliau itu tergolong aulia.

Pada waktu itu yang dikenal betul oleh Husnan Cuma mbah Sahlan dan abah Toyib, sedangkan yang lainnya belum. Kedatangan mereka itu secara mendadak lagi misterius. Begitu datang begitu sudah di ambang pintu rumahnya. Ketika mengucapkan salam, seisi rumah mendengarnya dan menjawab serentak, Husnan, isteri dan mertuanya. Akan tetapi yang dapat melihat tamu –tamunya itu hanyalah Husnan. Oleh karena isteri dan mertuanya tidak dapat melihat tamunya, maka kursi yang telah diduduki oleh abah toyib akan diduduki oleh mertuanya, sedang isterinya tetap berdiri dimuka pintu kamar dimana di sebelah kanannya duduk mbah Sahlan. Ia menyuruh isteri dan mertuanya supaya masuk saja ke dalam kamar.

Tamu – tamu tersebut berpakaian jubah serba hijau. Dalam keadaan gementar karena takutnya, ia dapat berbicara lancar dengan tamunya itu. Hal tersebut didengar pula oleh keluarganya. Salah seorang tamunya yaitu mbah Abas yang waktu itu belum dikenal memberi perintah kepadanya supaya :

1.           Membeli sebuah kitab suci Al-Qur’an lagi.
2.           Isterinya disuruh membaca Al-Qur’an sebanyak 60.000.000 huruf Al-Qur’an, sedang ia sendiri diharuskan menyemaknya.
3.           Ia disuruh supaya segera berziarah ke rumah tamu – tamunya yang pada malam itu datang di rumahnya.

Setelah perintah tersebut disampaikan kepada Husnan, tamu – tamu itu terus pergi. Pada waktu itu ia sudah dapat berbicara lancar, tetapi sebentar kemudian ia tak mampu berbicara lagi, meskipun mertua memaksanya untuk terus berbicara, namun sia – sia.

2.    MELAKSANAKAN PERINTAH.

Pertama – tama yang dilaksanakan ialah membeli sebuah kitab suci Al-Qur’an ; untuk ini ia tidak perlu lagi membeli, sebab ustadz Nur Qomari dari keputran telah menghadiahkan kepadanya sebuah Al-Qur’an.

Setelah mempunyai sedikit uang untuk ongkos bepergian, maka pada tanggal 28 April 1963 jam 17.00 lebih dahulu ia berziarah kepada abah Toyib di Kemayoran III/10 Surabaya. Ia diberi selembar kertas kecil bertuliskan sandi sambil berkata : “Hasil, hasil, hasil”, lalu ia disuruh segera berangkat ke Banyuwangi karena telah ditunggu.

Pagi harinya setelah sholat Shubuh, ia berangkat seorang diri menuju stasiun Semut, meskipun istrinya mencegah untuk bepergian seorang diri, namun ia memaksanya juga. Di pertigaan jalan Banyu urip Girilaya di tempat parkir becak, ia menunjuk sebuah di antaranya dengan memberi isyarat telunjuknya ke arah utara dan memperlihatkan tujuh buah jari tangannya, yang dimaksud menunjukkan tempat yang dituju berikut ongkosnya. Rupanya tukang becak itu mengerti apa yang dimaksud lalu jawabnya : “Semut ?”. Ia menganggukkan kepala dan selanjutnya dipersilahkan naik.

Meskipun masih pagi buta suasana di dalam stasiun Semut sudah ramai. Orang antri karcis di depan loket berjubel – jubel, iapun ikut antri juga. Setibanya di muka loket ia tidak sempat menulis karena sesaknya, maka langsung saja mengulurkan uangnya ratusan selembar tanpa berkata sepatah katapun. Tetapi anehnya si penjual karcis itu tidak bertanya malah seakan – akan telah mengetahui tempat yang dituju. Penjual karcis itu dengan acuh tak acuh menyerahkan kepadanya sebuah karcis Kalisetail yaitu nama sebuah halte di mana ia harus turun, serta mengembalikan uang kelebihannya sesuai dengan sisa harga karcis tersebut.

Setelah memperoleh karcis segera ia masuk menuju deretan kereta jurusan Banyuwangi yang telah tersedia. Salah satu gerbong kereta yang dimasuki itu, orang sudah berjejal – jejal mencari tempat duduk. Di suatu sudut dilihatnya seperti seorang pegawai kereta api memanggil dan mempersilahkan kepadanya supaya duduk di sampingnya. Tentu saja tawaran itu diterimanya dengan senang hati. Pada waktu membeli kuwih – kuwih maupun minuman, ia diberinya juga tanpa mengucapkan sepatah katapun. Di dalam perjalanan yang lamanya hampir sehari penuh, tidak ada perkataan satu kalimatpun yang diucapkan oleh pegawai kereta api itu dan membiarkan Husnan berdiam diri.

Sampai di halte Kalisetail sekira jam 16.00 ia turun seorang diri. Setibanya di luar ia dijemput oleh seorang kusir dokar yang nampaknya menunggu kedatangannya seraya berkata : “Mas, kulo ajeng teng Genteng, wong griyo kulo Maron ngriku, mangke Genteng ngetan titik, enten kuburan ngidul titik empun Cangaan” (Mas, saya akan ke Genteng, orang rumah saya di Maron situ, nanti sampai di Genteng berjalan ke timur sedikit, sesudah kelihatan kuburan kemudian belok ke selatan sedikit, itulah desa Cangaan). Ia hanya menganggukkan kepala saja sambil mengingat – ingat pesannya.

Sampai di Genteng ia turun dan menyerahkan selembar uang seratus rupiah untuk ongkos dokar. Oleh karena ongkosnya Cuma Rp.40,- maka ia menerima pengembalian sebanyak Rp.60,-. Sebelum ia meneruskan perjalanannya dengan berjalan kaki ke Cangaan, lebih dulu ia singgah di masjid Genteng untuk melakukan sholat Dhuhur dan Ashar. Selesai sholat ia meneruskan perjalanan ke Cangaan sesuai petunjuk kusir dokar tersebut, yaitu tempat tinggal mbah Abas yang telah memberikan perintah kepadanya secara gaib pada beberapa hari yang lalu.

a.     Kampung Cangaan.

Cangaan adalah merupakan sebuah kampung di mana kelurahannya ikut Genteng Wetan. Di situ berdiri sebuah masjid yang cukup besar bahkan lebih besar dari masjid Genteng. Setiap waktu penuh orang melakukan sholat berjama’ah, baik Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ maupun Subuh. Justru penduduk Cangaan terkenal giat berjama’ah.

Di kampung tersebut bermukim seorang ulama besar yang sangat disegani bernama mbah Abas. Beliau berjanggut tipis keputih – putihan, berwajah tampan persis seperti apa yang dilihatnya pada waktu beliau datang ke rumahnya. Konon usianya sudah lebih dari seratus tahun.

Sampai di Cangaan ia langsung menuju masjid dan tinggal di situ sampai selesai jama’ah Maghrib dan Isya’. Ia mendapat keterangan dari orang kampung tersebut, bahwa mereka mendapat perintah dari mbah Abas tidak boleh tidur selama 3 hari, karena sebentar lagi akan kedatangan tamu dari Surabaya yang kukunya panjang – panjang dan berjanggut. Yang dimaksud tamu itu tidak lain ialah abah Toyib.

Yang ditunggu justru tidak kunjung tiba, malahan yang datang adalah Husnan dan dalam keadaan bisu. Ia dikerumuni orang banyak, disangka dialah yang dimaksud oleh mbah Abas itu, padahal sebenarnya bukan dia. Mungkin abah Toyib itulah orang yang mendampinginya di dalam perjalanan tersebut dan telah bertemu dengan mbah Abas langsung di rumahnya secara diam – diam. Pada malam itu juga ia bermalam di rumah seorang kenalannya bernama Jaelani yang dahulu pernah jadi tetangganya di Gubeng Sawah Surabaya.

  b.  Menghadap mbah Abas.

Pagi – pagi benar Husnan sudah bangun dan ikut berjama’ah. Selesai membaca wirid ia beserta para jama’ah lainnya mendapat kesempatan dan bersalaman dengan mbah Abas, memang begitulah kebiasaan yang berlaku di situ.

Tercatat tanggal 30 April 1963 jam 05.30 mbah Abas segera pulang ke rumahnya yang terletak agak jauh sebelah timur masjid, sedang ia pulang ke rumah Jaelani yang terletak jauh di sebelah barat masjid. Dalam perjalanannya ke rumah Jaelani, tepat di belakang masjid, mendadak seperti tampak mbah Abas berdiri di depannya antara jarak satu meter sambil menuding pada dirinya seraya berkata : “Iftah qouli Asnan”/(Bukalah suara Asnan), waktu itu namanya belum diganti, yang memberi nama Husnan justru mbah Abas sendiri. Setelah mengucapkan kalimat tersebut tiba – tiba mbah Abas lenyap dari pandangan matanya. Dengan spontan keluarlah dari mulutnya kalimat istighfar berkali – kali, sedang Jaelani yang berjalan di sampingnya yang tidak mengetahui apa – apa, ketika mendengar temannya telah dapat membaca Astaghfirullah berkali – kali segera memeluk dan menciuminya sebagai curahan rasa gembira. Dengan tidak terasa air mata meleleh di pipi mereka berdua.

Selesai makan pagi di rumah Jaelani, antara jam 08.00 mereka berdua menghadap mbah Abas di rumahnya. Ia dipersilahkan duduk yang pada saat itu ia telah sembuh dari bisunya. Sambil bangkit dari duduknya, mbah Abas berkata : “Engkin sik kulo mendet kitab” (Tunggu sebentar saya akan mengambil kitab). Setelah keluar dengan membawa kitab, beliau berkata lagi : “Lha niki nopo kulo goleki nembe ketemu” (Lha ini apa saya cariin baru saja ketemu). Lalu beliau bertanya : “Sampeyan pundi ?” (Engkau dari mana ?). Jawabnya : “Kupang Gunung Suroboyo mbah” (Kupang Gunung Surabaya mbah). Kemudian mbah Abas menceritakan silsilahnya, bahwa beliau itu adalah keturunan Kanjeng Sunan Giri ke 15 dan sampai kepada Rosululloh SAW. Turun ke 27, sedang mbah nyai Abas adalah keturunan Kanjeng Sunan Ampel ke 16. Kedua Sunan tersebut adalah termasuk diantara wali sembilan yang sangat terkenal di negeri kita ini.

Husnan dijamu mbah Abas menurut ala kadarnya ; setelah agak cukup lama, ia memohon ijin untuk menghadap mbah Bun. Oleh mbah Abas diikut sertakan dua orang santrinya ialah Jaelani dan Marjuki. Sementara itu ia diberi wasiat sebagai berikut :

1.           Sampeyan tebihi ma’siat (jauhilah perbuatan dosa).
2.           Sembahyang niku sae – saene ngibadah dateng Gusti Allah (sholat adalah sebaik – baik ibadah kepada Allah).
3.           Rembagipun tiang sepuh niku leres, niku tiang sae, niku tiang suci (Perkataan orang tua itu yakni mbah Bun adalah benar, beliau adalah orang baik, beliau adalah orang suci).
4.           Sampeyan angsal pitulungane Gusti Allah (Engkau mendapat pertolongan Allah).
5.           Sampeyan diganjar bisu Pengeran niku, kersane sumerep ngriki (Engkau mendapat penyakit bisu itu, agar supaya mengetahui tempatku ini).
6.           Untung sampeyan, sembahyang mawon ingkang kathah (Beruntung kamu,    sembahyanglah yang banyak).

b.         Menghadap mbah Bun.

Seperti kita ketahui bahwa rumah kediaman mbah Abas itu terletak di sebelah barat kota Banyuwangi kurang lebih 30km, sedangkan rumah kediaman mbah Bun adalah di sebelah barat Glenmore.

Mereka bertiga berangkat menghadap mbah Bun dengan berkendaraan sepeda. Rumah beliau jauh di pelosok dan hanya bertetangga dengan orang – orang persil suku Madura. Rumahnya terdiri dari sesek dan di depannya sebelah kiri berdiri musholla. Bangunan tersebut adalah sumbangan dari mbah Abas yang dikerjakan santri – santri Cangaan. Di samping isterinya, mbah Bun juga mempunyai seorang pembantu bernama Rivai yang termasuk santrinya mbah Abas juga.

Di rumah itulah Husnan diwejang oleh mbah Bun yang langsung ditulis di hadapannya. Memang sengaja ia membawa buku tulis dari rumahnya yang diperkirakan mungkin ada faedahnya selama ia dalam perjalanan. Adapun wejangannya sebagai berikut :

1.     Kuburan guk latar masjid Kupang Gunung leteren sing apik, kowe mesti menang (Kuburan yang di halaman masjid Kupang Gunung agar dileter yang bagus, kamu pasti menang).
2.     Permulaan masjid Kupang Gunung sampeyan mulai wulan Besar (Pembangunan masjid Kupang Gunung kamu mulai pada bulan besar/haji).
3.     Bangun masjid boten sembarangan(membangun masjid tidak semudah itu/sembarangan)
4.     Ketip niki sampeyan salap soko guru minangka jimat, sebab bade wonten bledeg ageng (Koin ini kamu taruh di soko guru sebagai jimat, sebab akan ada prahara besar).
5.     Bangun masjid niruo masjid Cangaan, masjid Cangaan meniru masjid Demak(Bangun masjid tirulah masjid Cangaan, masjid Cangaan itu meniru masjid Demak).
6.     Panitia masjid saerep wali songo, enten sing icake laknat, banjur saniki ketrimo nek terus ngibadah(Hendaklah panitia masjid mirip wali songo, ada yang bekas bajingan, lalu akhirnya diterima taubatnya karena terus beribadah).
7.     Konco sampeyan badhe ngriki, rombongan sampeyan sing mulai. Guru, jundi, ulama lan ulama ingkar (Temanmu akan ke sini, rombongan kamu dulu yang memulai. Guru, tentara, ulama dan ulama ingkar).
8.     Kengken noto percayane kangge sejarah, kulo niki Semar (Suruh menata percayanya untuk sejarah, saya ini Semar).
9.     Tahun 1968 sopo wong sing tetap sembahyang slamet donya akherat, sebalike ajur keserang penyakit geden – gedenan, dibendu Gusti Allah(Tahun 1968 siapa orang yang masih sembahyang[beriman] selamat dunia akhiratnya, sebaliknya jika tidak maka akan hancur terserang penyakit besar – besaran[parah/mati imannya dan mudah melakukan kemaksiatan]dimurkai oleh Allah.
10. Sampeyan diganjar bisu kalih Pengeran niku supados sumerep daleme mbah Abas lan sumerep ngriki (Kamu diberi bisu oleh Alloh itu supaya tahu rumahnya mbah Abas dan tahu sini).
11. Percayane sampeyan toto, supados selamet donya akherat(Imannya kamu tata, supaya selamat dunia akhirat).

              Ulama salaf berkata :

1.           Tandanya orang terserang penyakit besar – besaran, ialah orang yang melupakan Tuhannya, tidak merasa bahwa ia adalah titah-Nya. Meskipun ia meyakini, namun apabila ia tidak mengikuti Rosululloh SAW. Tidak taat kepada Allah, maka hukumnya lupa juga.
2.           Tandanya orang terserang penyakit besar – besaran, ialah orang yang mengabaikan ilmu ajaran Rosululloh SAW, menyia – nyiakan guru yang sempurna (mursyid) bahkan gemar melakukan perbuatan jahat dan melanggar hukum – hukum Alloh SWT.
3.           Tandanya orang terserang penyakit besar – besaran, ialah orang yang menuruti kehendak nafsunya, takut jatuh miskin, takut kelaparan dan enggan beribadah.

Ø              Masih teringat dawuhnya mbah H.Ilyas seorang wali Benowo Surabaya : “Tahun 1964 mblenger, tahun 1965 mendem, tahun 1970 embuh ora weruh”(Tahun 1964 jenuh, tahun 1965 mabuk, tahun 1970 sudah tidak tahu). Yakni keadaan tingkah laku penghuni dunia dilihat dari kacamata agama.

Ketika berkunjung ke rumah mbah Bun, merekapun dijamu makan menurut apa adanya di desa itu. Dalam pertemuan yang cukup lama itu, Husnan sempat juga berwawancara dengan mbah Bun dan langsung dicatat di hadapan beliau sebagai berikut:

1.     Mbah Bun manggen ngriki nopo sampun dangu ?. – Ooo kulo manggen ngriki dereng enten tiang.(Mbah bun tinggal disini apa sudah lama ?. – Ooo saya tinggal disini waktu belum ada orang).
2.     Panjenengan kegolong umat nopo ?. – Ummat Jan. (Mbah tergolong umat apa ?. – Ummat Jan).
3.     Ngantos samangke sampun yuswo pinten ?. – 3500 tahun. (Sampai sekarang sudah berumur berapa ?. – 3500 tahun).
4.     Kulo angsal keterangan saking santri – santrine mbah Abas kok 1800 tahun ?!. – Ooo, niku rak jare ahli falak. (Saya mendapat keterangan dari santri – santrinya mbah Abas kok 1800 tahun ?!. – Ooo, itu khan katanya ahli falak).
5.     Perlu punopo panjenengan diturunaken wonten ngalam donya niki ?. – Niku, kangge ngamanaken nggih kangge ngemong anak putu Adam. (Untuk perlu apa mbah diturunkan di alam dunia ini ?. – Itu, untuk mengamankan dan untuk mengasuh anak cucu Adam).
6.     Garwo panjenengan niku sinten ? – Sampeyan kulo critani, yen mbah putri sampeyan niku anake bupati Medunten, asale digondhol jin. Terus bupati wau adeg sayemboro. Kawusono kulo sing saged nemokaken, lajeng kulo dikengken ngawin. Kulo gelut kalih jin pinten – pinten ewu, tapi nggih saged ngrebut putri, mbah sampeyan niku. (Isteri mbah itu siapa ? – Kamu saya beritahu, kalau mbah putrimu itu anaknya bupati Madura, asalnya dibawa jin. Terus bupati tadi menyelenggarakan sayembara. Akhirnya mbah yang bisa menemukan, lalu mbah disuruh menikahi. Mbah berkelahi dengan jin ribuan, tapi ya bisa merebut mbah putri, mbah kamu itu).
7.     Gelut kalih jin ewonan nopo mboten kuwalahen mbah ? – Nek kulo antemi nggih kuwalahen, mlajenge kulo entuti. (Berkelahi dengan ribuan jin apa tidak kewalahan mbah ? – Kalau saya pukuli ya kewalahan, akhirnya saya kentuti).
8.     Panjenengan nderek agami nopo ? – Kulo nderek agami Islam, nek biyen agomo Jowo tunggale Hong Wilaheng niko. (Mbah ikut agama apa ? – Saya ikut agama Islam, kalau dulu agama Jawa seperti Hong Wilaheng itu).
9.     Belajar agami Islam dateng pundhi mbah ? – Kulo belajar agomo Islam teng nggene Patah. (Belajar agama Islam di mana mbah ? – Saya belajar agama Islam di tempatnya Patah[Raden Patah]).
10. Menawi mekaten rak nate mondok teng Demak ? – Mboten nak, nduduk saking ngriki mawon, wong kilen ngriku bloko. (Kalau begitu pernah mondok di Demak ? – Tidak nak, nggali dari sini saja, orang barat(Demak) itu jelas keliatan).
11. Panjenengan nopo kagungan sederek ingkang slamet donya akherat ? – Gadah, nggih niku Raden Gagak Antogo sing jange dadi wakil ratu adil, manggen alas Purwo Banyuwangi. (Mbah apa punya saudara yang selamat dunia akhirat ? – Punya, ya itu Raden Gagak Antogo yang bakal jadi wakil ratu adil, menempati alas Purwo Banyuwangi).
12. Masjid Kupang Gunung dibangun ping pinten ? – Lha mantun blok sampeyan niku, benjing – benjing didandhosi bolak – balik nak, tapi nggih sae wingking – wingking rupane masjid. (Masjid Kupang Gunung dibangun berapa kali ? – Lha selesai jaman kamu itu, besok – besoknya diperbaiki bolak – balik nak, tapi ya bagus yang belakang – belakang[yang paling akhir] rupanya masjid).
13. Petungan pundhi mbah ingkang sae ? – Pokoke liyane pitungan Ajisoko niku pun bener. (Perhitungan mana mbah yang bagus ? – Pokoknya selain perhitungan Ajisoko itu sudah benar).
14. Menggah nggangge mbah ? – Salah. Kufur. (Kalau menggunakan[ajisoko] mbah ? – salah. Kufur).
15. Benjing punopo mbah Bun ditimbali wonten ngersane Kang Moho Suci ? – Yen sedoyo anak putu Adam dereng purun ngibadah, kulo dereng angsal wangsul. (Kapan mbah Bun dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Suci ? – Kalau semua anak turun adam belum mau ibadah, mbah belum boleh kembali).

Disamping itu beliau juga menceritakan bahwa pernah bertemu dengan setan yang akan menjatuhkan Raden Aji dan beliau diturunkan jauh sebelum permulaan Amarta, sekitar Purworejo daerah Jawa Tengah. Sesudah cukup lama berwawancara, sekitar jam 16.00 mereka bermohon diri kembali ke Cangaan. Pagi harinya husnan kembali ke Surabaya sudah dalam keadaan sembuh yakni sudah dapat berbicara lagi seperti semula.

c.              Melanjutkan tugas.

Seperti telah disebutkan dimuka, bahwa Husnan harus mengunjungi tamu – tamunya yang telah datang di rumahnya pada suatu malam secara gaib itu. Ia telah melaksanakan sowan kepada tiga orang, yaitu abah toyib, mbah Abas dan Raden Muhammad Surya Alam alias mbah Bun. Tinggallah sekarang dua orang lagi yang belum dikunjungi yaitu mbah Sahlan dan mbah Hudlori.

Pada tanggal 8 Mei 1963 pagi hari Husnan meneruskan tugasnya menghadap mbah Sahlan di desa Sidorangu, Krian, Sidoarjo. Setelah bersalaman, ia disapa lebih dulu. “Sampeyan empun saking wetan nggih ?” (Kamu sudah dari timur ya ?). “Inggih” (Iya[sudah]). Jawabnya. Kemudian ia menanyakan perihal mbah Bun. “Mbah Bun niku yuswane leres 1800 tahun nopo 3500 tahun mbah ?” (Mbah Bun itu usianya benar 1800 tahun apa 3500 tahun mbah ?”). Jawab mbah Sahlan. “Nggih niku sing pantes 1800 tahun, nek 3500 tahun sing percoyo namung kulo kalih sampeyan thok”. (Yah itu yang pantas 1800 tahun, kalau 3500 tahun yang percaya Cuma saya sama kamu saja.”). Beliau melanjutkan : “Pangeran ndamel barang sing aneh – aneh niku sampeyan ampun gumun, pokoke sampeyan kerep ngriki insya Allah ndang hasil.” (Tuhan menciptakan sesuatu yang aneh – aneh itu kamu jangan heran, pokoknya kamu sering kesini insya Allah cepat terkabul.).

Kebiasaan mbah Sahlan sehari – hari ialah selalu berjubah, kulitnya putih lagi gemuk. Setelah bercakap – cakap seperlunya ia memohon diri untuk meneruskan perjalanannya ke Mojoagung menghadap mbah Hudlori. Jawab mbah Sahlan : “Empun ndang budhal” (Sudah, segera berangkat ! ).

Setibanya di rumah mbah Hudlori, ia dipersilahkan duduk. Tempat tinggal beliau di desa Klampok Arum, Betek, Mojoagung, dekat makam mbah Sayid Sulaiman (Kakak dari mbah Sayid Arif yang dimakamkan di Segoropuro, Pasuruan). Beliau memulai dengan kisahnya : “Sampeyan sing kulo jagani tombo banyu udan salah mongso sak botol niku dangune empun enten telung tahun” (Kamu yang sudah saya siapkan air hujan salah musim satu botol itu lamanya sudah ada tiga tahun), dan masih banyak lagi yang diceritakan. Sesudah itu ia ditinggalkan seorang diri untuk melakukan sholat. Selesai sholat beliau menemui Husnan kembali. Katanya : “Sakniki kulo sukani cekelan” (Sekarang saya beri pegangan), beliau berkata demikian sambil menyerahkan sebuah pusaka. Selanjutnya : “Maksude nek enten pekewuh sampeyan kelit mawon, akike niki minongko bupati, keris niki prajurite. Sampeyan ajak – ajak tiang supados sembahyang niku nggih empun perang sabil namine. Lha sedoyo niki tinggalane mbah Patah” (Maksudnya kalau ada bahaya kamu bawa saja, akiknya ini sebagai bupati, keris ini prajuritnya. Kamu ajak – ajak orang supaya sembahyang itu ya sudah perang sabil namanya. Lha semuanya ini tinggalannya mbah Patah, yaitu nama seorang wali dari Tulungagung.).

Setelah cukup lama pertemuannya dengan mbah Hudlori, ia memohon ijin pulang. Sampai di rumah sekitar jam 19.00 malam, kebetulan waktu itu penulis berkunjung ke rumahnya. Segala pengalamannya sejak awal hingga akhir dari hal perjalanan sampai pertemuannya dengan para wali diceritakan semuanya.

d.          Tugas terakhir.

Husnan telah melaksanakan tugas dengan sebaik – baiknya, yaitu pertama ia telah memiliki dua buah kitab suci Al – Qur’an, sebuah untuk isterinya dan sebuah lagi untuk dirinya. Tugas yang kedua ialah berziarah ke rumah tamu – tamunya yang pada suatu malam datang secara gaib di rumahnya. Tinggallah kini tugas yang ketiga atau yang terakhir yaitu menyuruh isterinya supaya membaca kitab suci Al – Qur’an sebanyak 60.000.000 (enam puluh juta) huruf Al – Qur’an. Seperti kita ketahui bahwa Al – Qur’an itu berisi 1.000.000 (sejuta) huruf, yang berarti pula bahwa isterinya harus mengkhatamkan Al-Qur’an sedikitnya 60(enam puluh) kali.

Pada tanggal 10 Mei 1963 jam 21.00 dengan mengucapkan bismillah disertai kesungguhan hati, ia memulai dengan tugasnya yang ketiga atau terakhir. Isterinya disuruh membaca Al – Qur’an, sedang dia sendiri siap untuk menyemaknya. Untuk ini tentunya dicarikan waktu yang baik dan terluang, sehingga dapat membaca dengan tenang, serta khusyu’, hadir hatinya dan penuh adab, tidak ada gangguan dari anak – anak atau kesibukan – kesibukan lainnya.

Sejak melaksanakan perintah tersebut, isterinya menyatakan bahwa ia tidak merasa malas ataupun kesulitan, bahkan terasa bibirnya ringan mengucapkan ayat – ayat Al-Qur’an, namun tidak mengurangi tajwid dan makhrojnya (tartil).

Begitulah kisah yang sesungguhnya terjadi yang dialami oleh sahabat saya ustadz Husnan dari Kupang Gunung Surabaya. Semuanya itu ia lakukan secara sadar, tidak gila ataupun terkena pengaruh setan. Pikiran tetap normal dan jasmani tetap sehat. Percaya atau tidak terserah kepada penilaian para pembaca. Adapun rangkaian cerita atau pengalaman – pengalaman berikutnya yang paska ilmiah yang dialami oleh Husnan maupun penulis sendiri tidaklah kami kemukakan lebih lanjut.


 


Jumat, 08 Juni 2012

JALAN KEBENARAN (Dari Alamat Sughro Ke Kubro) Bab.1


JALAN KEBENARAN

( DARI ALAMAT SUGHRO KE KUBRO )
                                                                    
Oleh :

H. M. SHOLYCHOEN MASYKOERI

YAYASAN BAITUL MUKMIN
SURABAYA
==============================================

KATA PENGANTAR


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, Nabi Muhammad S.A.W adalah utusan-Nya. Katakanlah hai Muhammad bahwa Allah itu Esa. Allah itu tempat kita memohon. Tidak beranak dan tidak berbapak. Dan tidak sesuatupun menyamai-Nya. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Saya panjatkan puji syukur kepada Allah, bahwa dengan pertolongan-Nya, saya telah  berhasil menyusun risalah ini untuk pembaca sekalian, dengan harapan ada kepedulian terhadap ‘Jalan Kebenaran’ ini serta makin meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah. Semoga shalawat salam senantiasa dilimpahkan kepada utusan-Nya yang terakhir yakni Nabi Besar Muhammad S.A.W yang menjadi penutup sekalian Nabi dan Rasul serta dijadikan contoh terbaik bagi segenap umat manusia. Mudah-mudahan rahmat karunia-Nya selalu dicurahkan kepada sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Kepada para pembaca saya harapkan untuk dapatnya mengikuti risalah ini dengan pikiran yang cerah, dengan hati yang jernih dan dalam suasana yang hening; karena saya tidak bermaksud membuat cerita sensasi, tetapi menurut apa yang sebenarnya terjadi. Ini merupakan peringatan bagi mereka yang menyia-nyiakan tujuan hidupnya dan tenggelam dalam arus globalisasi menuruti hasrat nafsunya semata. Janganlah kiranya masalah ini dijadikan bahan perselisihan lebih-lebih tertawaan, karena apabila kita mau menelaahnya baik-baik, justru mengingatkan kita supaya segera sadar fafirru ilallaahi wa rasuulihii S.A.W.

Seperti telah diberitakan dalam surat-surat kabar di Jawa Timur pada pertengahan bulan April tahun 1963, tentang keadaan Ustadz Husnan (dahulu bernama Asnan) dari Kupang Gunung Surabaya, yang secara mendadak menjadi bisu dengan melalui proses yang ajaib. Penyakit tersebut diderita hanya selama 18 hari. Saya percaya bahwa penyakit bisunya itu bukanlah dibuat-buat dan bukan pula karena sesuatu maksud, sebab saya kenal betul kepadanya saat ia tinggal di Gubeng Sawah hingga pindah di Kupang Gunung Surabaya.

Selanjutnya saya ikuti terus perkembangan yang terjadi atas dirinya, hingga berhasil menyusun buku ini dan merupakan suatu peristiwa yang saya anggap penting, sebab pengalaman-pengalamannya mengandung hal-hal yang tidak boleh kita biarkan berlalu. Di lain pihak mungkin untuk pembahasan bagi para ahli sejarah.

Ustadz Husnan adalah seorang manusia biasa. Pengetahuan agamanya masih sedikit, lebih-lebih pengetahuan umumnya, tetapi dalam mengamalkan agamanya mungkin ia bersungguh-sungguh. Demikian pula pengabdiannya kepada  masyarakat tidaklah mengecewakan. Namun kalau Allah berkehendak, tidak seorangpun dapat menghalang-halangi kehendak-Nya.

Agar supaya tidak mempunyai rasa takut, cemas ataupun putus asa, selaku teman ia selalu saya dampingi dan ikut serta memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya; fatwa-fatwa yang diterima dari orang-orang tua, saya saya turut mendorong untuk dapatnya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Saya yakin bahwa apa yang dialaminya selama ini bukanlah suatu kesesatan, bukan pula pengaruh setan, tetapi justru jalan kebenaran yang diridloi Allah S.W.T.

Tugas pertama yang harus dilaksanakan ialah membaca Al-Qur’an sebanyak 60 juta huruf Al-Qur’an yang harus dibaca oleh istrinya, ia hanya ditugasi menyemak. Tugas tersebut insyaAllah telah diselesaikan pada pertengahan tahun 1966. Tugas kedua ia disuruh mendirikan sebuah masjid di Kupang Gunung Surabaya. Alhamdulillah telah berdiri dan diresmikan pada tahun 1972, dan diberi nama oleh mbah Khudlori Mojoagung masjid “Baitul ‘Ilmin”.

Hal-hal yang perlu dikemukakan disini ialah pertemuan Ustadz Husnan dengan Raden Muhammad Surya Alam alias Mbah Bun yang konon usianya sangat panjang. Sebenarnya saya menghadapi kesulitan dalam usaha mengungkap tokoh tersebut karena sangat sedikitnya pengetahuan saya dan buku-buku yang saya miliki. Namun oleh bantuan serta perhatian beliau-beliau yang saya anggap lebih mengerti, akhirnya dapat saya jelaskan menurut apa adanya.

Kepada bapak Kol.(Purn).Drs.Sunyoto saya nyatakan terima kasih atas pemberian ijin serta diikutkannya juru potret Gatot Pramudiyanto. Juga terima kasih kepada bapak Kol.(Purn).M.Said yang telah menyediakan kendaraan guna kepentingan peninjauan tersebut.

Begitupun kepada para ‘Alim ‘Ulama dan cerdik pandai dari semua pihak yang dengan tulus ikhlas membantu usaha saya ini, antara lain : bapak Drs.Pitono (ahli sejarah), bapak Guswadi (ahli Metafisika), Habib Umar Alatas (ahli tafsir, hadits maupun sejarah), bapak K.H.Ahmad Zaini (mantan imam masjid Istiqlal), Prof.K.H.Syafii Karim (mantan rector IAIN Sunan Ampel) dan masih banyak lagi yang tidak saya sebut namanya. Semoga Allah S.W.T melimpahkan rahmat karunia-Nya kepada beliau-beliau tersebut.

Tak lupa kritik dan tegoran dari para pembaca selalu saya harapkan, karena saya mengakui sebagai insan yang lemah tentu tidak dapat terhindar dari kesalahan dan kealpaan. Hanya Allah S.W.T lah yang semata-mata tempat kebenaran dan kesempurnaan.
Akhirnya saya mohon taufiq dan hidayah serta perlindungan Allah dari kesalahan yang dapat membawa kepada kesesatan. Ya Alloh, karuniailah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Amin.

Surabaya, 12 - 2 – 1967
Penyusun :
            (Sholychoen Masykoeri)



PENGANTAR PENERBIT


Buku ini dicetak untuk pertama, kedua dan ketiga kalinya secara stensil pada tahun 1963 hanya yang pokok-pokok dan tidak mencapai 1000 eksemplar, kemudian mengalami cetak ulang sampai kelima kalinya pada tahun 1967 dengan mengalami sedikit tambahan-tambahan.

Pada cetakan keenam ini, isi buku mengalami tambahan-tambahan yang cukup besar dan ejaan-ejaan telah diperbaiki sesuai dengan ejaan baru yang disempurnakan. Secara keseluruhan isi buku ini dipandang perlu untuk zaman sekarang.

Semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca.



BAB : I

PENDAHULUAN

Sebelum saya menceritakan inti dari risalah ini, lebih dahulu perlu kita kenali ilmu metafisika untuk dijadikan landasan pemikiran. Karena yang akan saya kemukakan ini justru suatu peristiwa gaib (paska ilmiyah) yang tidak mudah dicerna oleh akal pikiran begitu saja.

Agar kita tidak terperdaya oleh akal kita sendiri, marilah kita ikuti uraian Dr.Paryana Suryadipura (pakar metafisika) ini. Maksudnya ialah meminta perhatian kepada para pembaca untuk dijadikan pegangan sebagai petunjuk jalan ke arah mana kita harus menuju menemui sari daripada hidup yang sejati dan sekaligus akan menemukan kebenaran mutlak.

Manusia pada umumnya menilai kebenaran itu relatif; padahal sesungguhnya kebenaran itu ada yang bersifat umum dan ada yang mutlak. Kebenaran yang bersifat umum kebenaran yang diperoleh dengan ilmu pengetahuan yang bersifat corporeel yakni nyata, pun kebenaran yang mengenai moraal. Sedang kebenaran mutlak sampai sekarang masih terus ditelusuri oleh para ahli filsafat baik barat maupun timur; namun demikian masih belum memperoleh titik temu yang dapat memuaskan semua pihak.



1.  ILMU PENGETAHUAN

Tidak dapat disangkal bahwa dunia makin lama makin kacau dan sifat manusia makin lama makin kejam. Kenyataan ini tumbuhnya sejajar dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan tercapainya hasil tehnik yang gilang gemilang, tehnologi canggih.

Oleh karena tiap keadaan, tiap kejadian dan tiap peristiwa tunduk kepada hukum sebab akibat, maka keadaan dunia pada masa sekarang yang penuh dengan kekacauan dan permusuhan, perlu dikupas dan diselidiki apa yang menjadi sebab - sebabnya.

Dunia sekarang sedang dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan tehnik; oleh karena itu didikan yang diselenggarakan pada masa sekarang ialah didikan yang disesuaikan dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan kebutuhan tehnik. Didikan yang didasarkan atas tuntutan ilmu pengetahuan dan tehnik ialah didikan yang mengutamakan  berkembangnya akal atau “verstand” semata.

Didikan yang mempunyai dasar – dasar demikian menghasilkan orang – orang yang cerdik pandai (intelectueel) yang mempunyai pikiran yang sehat, akan tetapi di dalam pandangan jagadnya mempunyai azaz –azaz pikiran yang salah. Pikiran yang salah dan filsafat yang mengandung kekhilafan walaupun kesalahan dan kekhilafan ini sangat kecil, dapat menimbulkan kerusakan atau kelumpuhan di dalam semua organisasi, seluruh masyarakat dan di dalam tiap tatanegara.

Lebih tinggi ilmu pengetahuan dan tehnik meningkat, lebih dalam pikiran manusia memusat pada keadaan yang dapat disaksikan dengan panca indra dan oleh karena itu lebih banyak manusia tertipu oleh bayangan dengan tiga ukuran (demensi) yaitu keadaan yang berjasad.

Keadaan demikian ialah akibat daripada aliran filsafat yang tumbuh atas dasar – dasar ilmu pengetahuan exact dan tehnik, yang lazim disebut realisme atau positivisme, yang selanjutnya menjadi sebab tumbuhnya egoisme (mementingkan diri sendiri), liberalisme (aliran memikir dan berbuat dengan bebas), materialisme (mementingkan benda), kapitalisme (mementingkan pemodal) dan akhirnya imperialisme (tuntutan dapat menguasai lain bangsa).

Tuntutan suatu bangsa dapat menguasai lain bangsa adalah sumber kesesatan yang mengikat dunia dan manusia di dalam rangkaian kesulitan, kesukaran, kekurangan dan kesengsaraan dengan berakibat pertentangan, persengketaan dan akhirnya peperangan.

Inilah semua hasil daripada akal atau verstand, hingga pikiran yang sehat dan dibanggakan tadi, terbukti tidaklah sehat. Pikiran yang benar atau amal yang baik, apabila memenuhi cita – cita atau angan – angan umat manusia yang tadi dan mengenai kepentingan umum, walaupun diucapkan sekejap atau dikerjakan sepintas lintas oleh seseorang yang tidak dikenal dan tersembunyi, akan menyinar bercahaya. Walaupun sekali waktu mengalami pudar namun kebenaran akan terus memancar dan sekali waktu akan menemui mangsanya untuk memancar tinggi.

Sebaliknya pikiran yang salah dan amal buruk merusak dan melumpuhkan semua tata tertib. Belum pernah dunia terjebak di dalam kecemasan dan kedustaan yang besar seperti sekarang. Faham – faham sesat lagi hebat meresap di dalam seluruh lapisan masyarakat, hingga manusia pada masa sekarang merasa terdesak dan tertekan ke dalam paksaan hidup yang bukan kodratnya; terombang – ambing dan terbanting – banting oleh gelombang loba tamak dan taufan angkara murka yang sedang menghampiri seluruh umat manusia.

Tidak dapat disangkal, bahwa hasil ilmu pengetahuan dan tehnik, di dalam muluk yang seindah – indahnya tidak disertai ketenteraman dunia, bahkan sebaliknya ; dunia bertambah erat terikat di dalam kesulitan dan manusia bertambah leluasa dan kuasa dapat membunuh sesama hidup dengan besar – besaran dengan memakai alasan : untuk keadilan, untuk demokrasi, untuk keamanan dan ketenteraman, bahkan ada yang memakai alasan untuk menunaikan utusan suci (mission sacre).

Manusia sebagai satu – satunya jenis makhluk yang dikaruniai kekuasaan dapat memikir tentang keadaan yang berjasad (corporeel) dan gaib (abstract), pada satu ketika harus sadar akan kesalahannya dan merubah cara berpikir dan berbuat menurut pokok qaidah (norm) yang sebenarnya.

Keadaan yang abstract lagi mutlak tidak lain hanya Tuhan Allah. Pikiran yang dapat ditingkatkan dari keadaan yang berjasad ke arah keadaan yang abstract terutama Allah, itulah yang sebenarnya dinamai memikir. Berhubung dengan itu maka perlu sekali untuk waktu ini didikan anak – anak kita tidak lagi melulu intelectueel (menurut kecerdasan) akan tetapi didikan harus didasarkan atas imbangan antara didikan intelectueel dan didikan kebatinan (spiritueel) agar angkatan baru ini tidak berpikir dan berbuat seperti setan yang menjadikan dunia sebagai neraka belaka. Jeritan dan ratapan dunia oleh karena itu demikian kerasnya, hingga orang tulipun dapat mendengarnya.

Pikiran yang masih terikat erat kepada kenyataan – kenyataan yang lahir, diantaranya pikiran dari mereka yang mengabdi kepada ilmu pengetahuan exact, perlu dibebaskan dari kecemasan dan kedustaan berupa kesesatan yang memandang dunia lahir ini sebagai hakekat. Disamping itu pengetahuan exact sendiri terutama ilmu alam, di dalam penyelidikannya telah memperoleh hasil yang mendekati hakekat, dengan diketemukannya bagian – bagian atom yang menyusunnya.


a      Ilmu Physica.

Menurut ilmu physica modern yang dinamai benda (materie) ialah timbunan tenaga di dalam susunan yang tetap, dengan kata lain adanya materie bergantung pada adanya energie (tenaga). Tidak ada energie, tidak mungkin ada materie atau jelasnya energie itulah yang terlebih dahulu ada sebelum adanya materie (benda). Menurut hukum kekekalan tenaga tidak ada energie yang hilang lenyap dengan tidak berubah menjadi keadaan atau lain energie.

Prof.Bolland mengatakan, bahwa tidak ada materie bebas dari energie dan tidak ada energie diluar materie. Ucapan Bolland ini hanya berlaku untuk dunia yang empiris – materialistis, bukan untuk alam yang metaphysic – immaterialistis yang semata – mata terisi dengan energie – energie yang tak ada batasnya, yang tak terhingga besarnya dan ada diluar materie. Jelaslah sekarang, bahwa energie itu pangkalnya materie dan energie ialah faham yang metaphysic dan immaterieel.

Menurut pendapat Aristoteles bahwa Tuhan adalah Actus Purus, berarti Energie Maha Suci. Memang “tidak ada daya (energie) yang tidak berasal dari Tuhan”.

Di dalam ilmu physica kita mengenal berbagai – bagai energie :

  1. Tenaga mekanik, ialah energie yang diadakan oleh keadaan materiel (berbenda) : tenaga yang lahir dari manusia, hewan, alat – alat, mesin – mesin, dan sebagainya. Energie ini ialah energie yang paling lemah dan timbul sebagai gerakan lahir yang dapat disaksikan dengan panca indra.

  1. Tenaga termik, ialah energie yang keluar dari hawa panas. Energie ini lebih besar adanya daripada energie mekanik, misalnya uap dari air mendidih yang dapat menggerakkan kereta api, kapal, mesin dan sebagainya.

  1. Tenaga kimik, ialah energie yang keluar dari proses kimia, diantaranya ada yang sangat hebat kekuatannya, misalnya ledakan dinamit, nitroglycerine, schietkatoen dan sebagainya.

  1. Tenaga listrik, yang kekuatannya telah diketahui oleh umum; kereta api listrik, mesin listrik, dan sebagainya.

  1. Tenaga atom, ialah energie yang keluar dari runtuhan atom di dalam electron – electronnya. Energie yang keluar daripada proses ini besar sekali. Misalnya 1 gram radium – emanatie, apabila runtuh didalam electron – electronnya akan mengeluarkan tenaga yang besarnya sama dengan jumlah tenaga dari 160.000.000 kuda.

  1. Tenaga radio actief, ialah energie yang keluar dari unsure – unsure yang radio actief, misalnya unsure radium, actium, thorium, protactinium dan uranium. Termasuk golongan energie ini ialah sinar tembus dari rontgen, sinar becquerel dan sinar gamma. Sinar – sinar ini terbukti terdiri dari electron – electron yang kehilangan sifatnya sebagai electron dan menggelombang menjadi sinar.


Menurut Dr.Fritz Khan electron – electron itu terjadi dari pusaran aether. Berhubung dengan itu maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa electron – electron yang kehilangan sifatnya di dalam hakekatnya electron – electron itu kembali menjadi aether. Proses ini selalu disertai oleh sinar yang mempunyai gelombang yang sangat pendek, hingga dapat menembus segala keadaan.

  1. Tenaga cosmic, ialah energie dari sinar cosmis yang mempunyai gelombang sangat pendek. Akibat dari energie ini sampai kini masih belum pula dapat ditetapkan, akan tetapi telah dapat dipastikan bahwa sinar ini tidak berasal dari sesuatu di dalam semesta alam kita.

Tenaga – tenaga yang berupa sinar  atau aether yang menggelombang dinamai tenaga electromagnetic. Tenaga yang berdiri sendiri dan tidak dapat berubah menjadi tenaga lain ialah gaya berat. Di dalam semesta alam telah diketahui banyak sekali sinar – sinar atau tenaga electromagnetic. Perbedaan dari tenaga – tenaga ini satu terhadap yang lain terletak di dalam panjangnya gelombang.

Di antara gelombang – gelombang electromagnetic ini hanya sinar cahaya yang bergelombang 0,000.07 – 0,000.04 cm yang dapat dilihat oleh mata kita, sedang lain gelombang tidak dapat dilihat. Adapun sinar cosmis, yang mempunyai gelombang yang paling pendek 0,000.000.000.01 – 0,000.000.000.000.1 cm, menyinari dunia kita dari tempat yang belum diketahui oleh kita. Dari pendeknya, gelombang sinar ini dapat menembus segala keadaan, pun dunia kita. Dengan sendirinya sinar ini dapat menembus otak dan hati kita, apa pengaruhnya atas otak kita belumlah diketahui.

Seperti diketahui, diterangkan bahwa sinar cosmis berasal dari sesuatu di luar semesta alam kita. Mungkin sinar cosmis ini dapat meruntuhkan aether di dalam zat yang paling halus, yang menjadi pangkal semua zat, benda dan keadaan. Apabila benar, maka sinar cosmis ini dapat dinamakan tenaga zat mutlak, absolute substantie.

b.    Atoom Physica.

Physica daripada atom dan intinya (nuclears) yang telah dipelajari oleh ahli – ahli atom sampai sedalam – dalamnya, walaupun akibatnya menjilma sebagai senjata yang sangat dahsyat, dipandang dari lain sudut, pengetahuan ini sudah dapat dipergunakan untuk membuka jalan luas dan jelas menuju kepada hal – hal yang sampai kini belum dapat didekati oleh rasio untuk disaksikan di dalam abstractie dan dimengerti hakekatnya.

Melangkah di atas jalan ini, dari alam lahir menuju ke alam abstract untuk akhirnya menemui hakekat, yang dasarnya diletakkan oleh atom physica, bukanlah gambaran yang tidak masuk akal, akan tetapi nanti terbukti bahwa inilah satu – satunya jalan yang dapat mengembalikan mereka yang telah jauh tersesat di dalam rimba exacta dan mathematica.

Atoom physica adalah ilmu pengetahuan exact. Di atas atom adalah alam daya semata, yang hypothetis akan tetapi tidak dapat disangkal adanya, oleh karena banyak peristiwa alamiyah yang tidak dapat diterangkan tanpa keadaan yang hypothesis ini.

Di atas yang hypothetis inilah dapat diabstractiekan letaknya Yang Mutlak. Untuk mengerti hubungan antara Yang Mutlak dan yang nisbi, maka kita harus menempuh jalan yang terbentang luas dan jelas antara kedua keadaan yang dimaksud ini. Dengan diketemukannya susunan daripada atom, maka benda (materie) sudah dapat didekati hakekatnya. Dan terbukti bahwa bagian – bagian yang terkecil adalah pemusatan daya semata.

Proton dan neutron menyusun inti daripada atom adalah padetan, sedang electron adalah ulekan daripada energie. Dengan pendapatan ini maka ilmu pengetahuan telah tiba pada batasnya. Batas antara yang nyata dan yang tersembunyi, antara yang fana dan yang baqa, antara yang materiel dan spiritueel, antara benda dan ruh.

Di dalam alam antara ini, ilmu pengetahuan dengan langkah setingkat lagi keatas dapat menemukan mahkotanya, yang pula menjadi pondamen daripada agama, ialah Tuhan, Hakekat Yang Terakhir. Di dalam alam antara ini, ilmu pengetahuan dan agama bersua, akibat ditemukannya susunan atom dan bagian – bagiannya.

b      Metaphysica.

Asal kata metaphysica ialah dari kata – kata : meta = luar atau sesudahnya atau disampingnya, physica = ilmu alam. Jadi arti letterlijknya ialah apa – apa yang ada diluar atau disamping alam. Dimana ilmu pengetahuan exact berakhir, disitulah permulaan dari ilmu metaphysica. Apa – apa yang tidak dapat diterangkan dengan ilmu pengetahuan alam kita pergunakan ilmu metaphysica. Jadi sebenarnya ilmu ini termasuk filsafat atau pengetahuan filosofis yang mendekati pengetahuan religion.

Pada suatu saat ilmu metaphysica akan menjadi ilmu physica biasa, jika sudah ada pembuktian nyata. Tidak bedanya dengan sebagian besar hypothese – hypothese dari ilmu pengetahuan exact pada abad – abad yang lampau, yang pada abad ke 20 ini bukan merupakan hypothese – hypothese (dugaan – dugaan) lagi, karena sudah menjadi kenyataan. Metaphysica adalah ilmu tentang dasar – dasar yang “tinggi” atau “dalam” dari hakekat.

Pada masa sekarang manusia mengenal dirinya sendiri dari pengetahuan dan emotie – emotienya yang mengatasi dirinya sendiri seperti telepatie, clairvoyance, cryptoscopie, dematerialisatie dan sebagainya. Pendek kata peristiwa – peristiwa pada dirinya yang tidak mungkin dapat diterangkan dengan akal. Oleh sebab itu metaphysica adalah pengetahuan yang sedikit mengenai Yang Mutlak atau Tuhan dan hakekat daripada tiap sesuatu, akan tetapi tumbuh lebih cepat ke arah pengetahuan tentang diri manusia sendiri, seperti telah dicita – citakan oleh Socrates. Jadinya metaphysica masa sekarang ialah ilmu manusia di dalam keseluruhannya di dalam integrasinya.

d.     Susunan Atoom.

Arti istilah atom menurut Demokritus (400 tahun sebelum Masehi) oleh para sarjana zaman sekarang tidak dengan sengaja salah dipergunakan, oleh karena istilah atom yang berarti tak dapat dibagi – bagi (a = tidak, toom = dibagi – bagi), terbukti masih mempunyai bagian – bagian yang lebh kecil lagi ialah : electron, proton dan neutron.

Proton dan neutron menjadi inti atom (nucleas), sedangkan electronnya berputar – putar mengelilingi intinya dengan kecepatan yang luar biasa. Adapun yang sesungguhnya tidak mempunyai bagian itu adalah atom yang sejati :
1.     Atoom daripada tiap – tiap keadaan (materie).
2.     Atoom daripada energie.
3.     Atoom daripada hayat.
4.     Atoom daripada ruh.
5.     Atoom daripada pikiran.
6.     Atoom daripada pembawa tujuan didalam dirinya sendiri dinamai intelectie.

e.     Atoom Energie dan Meta Energie.

Tenaga atom yang baru diketemukan rahasianya adalah tenaga atom yang diketemukan di dalam benda mati, yang tidak mungkin dapat dilepaskan dari tangan mereka yang  mengingini pemusnahan materiel untuk memperoleh keuntungan lahir. Tenaga atom yang belum diketahui adalah yang ada pada makhluk – makhluk hidup, yang pasti akan memberi kebahagiaan hidup.

Tenaga  atom mati akan membawa banyak kematian, sedangkan tenaga atom hidup akan memberi hidup dan kehidupan, adalah tenaga yang menghidupkan. Mencari hakekat tenaga atom hidup akan berhasil, apabila si penyelidik tidak didorong oleh nafsu – nafsu yang materialistis, oleh karena dua kenyataan yang bertentangan tidak mungkin dapat menghasilkan pendapat sebagai hasil kerja sama ; tidak mungkin kita memperoleh pengetahuan hakekat hayat dengan membunuh hewan percobaan.

Hakekat atom hidup hanya dapat diketahui rahasianya hanya oleh penyelidik  - penyelidik yang ingin membangun masyarakat yang akan mengindahkan nilai – nilai spiritueel. Nanti terbukti bahwa energie atom yang berasal dari benda hidup lebih berkuasa daripada energie atom yang berasal dari benda mati.

Maka tidak dapat disangkal bahwa di dalam semesta alam ini sebenarnya ada dua pangkal segala kenyataan, ialah bahan mati yang menjadi pangkal segala yang mati dan bahan hidup yang menjadi pangkal segala yang hidup, masing – masing untuk menjadi proton, neutron dan electron. Karena proton terjadi dari padetan aether dan electron terjadi dari pusaran aether, maka tidak dapat disingkirkan anggapan kita bahwa aether itu ada dua jenis. Aether yang menjadi pokok dari segala keadaan yang mati dan aether yang menjadi pokok dari segala keadaan yang hidup.

Apakah tidak lebih baik apabila diadakan patokan bahwa aether itu hanya ada satu jenis, ialah aether yang hidup, hingga semua electron dapat dianggap hidup karena semua mempunyai sifat bergerak ? Bagi mereka yang cenderung kepada aliran serba eka (monisme) memang anggapan ini lebih memuaskan, akan tetapi akibatnya melanggar kekuasaan Tuhan. Karena dengan ilmu pengetahuan yang makin maju, pada suatu ketika dapat menyusun bagian – bagian dengan segala alat – alatnya dari makhluk hidup yang paling sederhana dan menjadi hidup dengan sendirinya. Ini tidak mungkin, karena kita tentu mengerti bahwa kekuasaan mengadakan makhluk hidup hanya terletak di satu tangan, ialah Tuhan Yang Maha Esa.

Apabila electron – electron mati (ion – ion) runtuh dari susunannya ialah atom, maka tenaga yang keluar daripada proses ini ialah besar sekali. Tenaga yang keluar ini dinamai tenaga atom (atom energie).

Apabila electron – electron hidup (bion – bion) keluar dari susunannya ialah ruhani, maka tenaga yang keluar dari runtuhan ini ialah besar pula, akan tetapi gaib ; artinya tidak dapat disaksikan secara langsung. Tenaga yang keluar ini dinamai tenaga gaib (meta energie). Atom energie dan meta energie sebenarnya sama, hanya berbeda asalnya, yang pertama berasal dari benda mati dan yang kedua berasal dari benda hidup.

Berhubung dengan itu meta energie pada hakekatnya lebih tinggi derajatnya daripada atom energie.

NO.
ATOOM - ENERGIE

META - ENERGIE
1.
Pangkalnya : electron benda (ion).
Pangkalnya : electron hidup (bion).

2.
Terikat di dalam benda.
Bebas dari segala ikatan.

3.
Karena ikatan ini, atom energie tidak mempunyai kegiatan sendiri.
Dapat bergerak dengan kemauan sendiri dan dengan kecepatan kilat.
4.
Menjadi bagian dari benda mati.
Menjadi bagian dari makhluk hidup, oleh karena itu energie yang hidup.
5.
Passief, tidak mempunyai kehendak sendiri.
Actief, karena mempunyai pikiran dan budhi pekerti.
6.
Dapat dikerahkan menurut perhitungan.
Dapat dikerahkan atas tekanan kemauan yang teguh.
7.
Tidak dapat keluar dari benda.
Dapat bertindak di luar benda, hingga dapat meluas ke seluruh alam.
8.
Atoom energie dapat meruntuhkan susunan atom dengan hebat (atom bom).
Meta energie dapat pula meruntuhkan susunan atom (dematerialisasi).

Dengan adanya daftar di atas, bagi ummat islam tidaklah heran, sebab mereka percaya dengan adanya mu’jizat – mu’jizat yang dikaruniakan kepada para Nabi dan Rosul, adanya karomah – karomah atau ma’unah yang dikaruniakan kepada para Wali. Adapun istidroj yang diberikan kepada ahli – ahli sihir adalah sangat dilarang oleh Islam.

2.  BERBAGAI – BAGAI ALAM.

a. Alam Nasut atau dunia kebendaan.

Menurut kaum sufi, alam yang pertama ini dialami oleh manusia setelah ia dilahirkan. Bagaimana alam ini didiami oleh manusia dengan suka dan dukanya ? Tidak lain ialah dengan pertolongan badan lahir. Manusia yang hanya sadar akan alam Nasut, jiwanya akan bergantung kepada keadaan badan lahirnya, oleh karena jiwanya berasal dari tenaga – tenaga yang tertangkap oleh panca indra. Andaikata badan lahir atau jasmaninya terutama panca indranya mempunyai kekurangan, maka jiwa itu akan pula menderita kekurangan walaupun ia kaya dengan benda.

b. Alam Malakut.

Sesudah alam pikiran dan waham ; di dalam alam ini pikiran manusia tidak terbatas dan tidak terikat oleh benda. Alam ini lebih besar daripada alam kebendaan, bahkan alam ini berisi dengan semua keadaan dari semesta alam dan masih dapat menerima lebih banyak lagi keadaan. Juga telah tersedia semua rencana kejadian dan peristiwa. Alam ini ialah alam yang didiami oleh para malaikat.

c. Alam Jabbarut.

Alam ini berada diantara alam Nasut dan alam Malakut. Alam Jabbarut adalah alam atau daerah di dalam mana pikiran kita berkumpul dan beristirahat pada waktu kita tidur nyenyak. Pada waktu kita tidur nyenyak, bebas dari suatu impian, pikiran kita diisap seluruhnya oleh alam Jabbarut atau jelasnya oleh Aku – batin atau super – ego kita yang ada di dalam alam Jabbarut.

Alam Jabbarut ini ialah alam yang didiami oleh dewa – dewa, juga oleh lain – lain makhluk yang tak terlihat oleh mata kita, misalnya : gandarwa, hapsara, raksasa, jin(genius), setan, iblis, hantu dan sebagainya.

Oleh kaum mystiek, alam Malakut dan Jabbarut dapat disaksikan di dalam kesadaran, sedang orang biasa hanya dapat menyaksikan alam Nasut. Orang biasa dapat menyaksikan kedua alam tersebut hanya di dalam impian, akan tetapi bukan impian sebagai akibat sisa – sisa pikiran yang masih ada di dalam otak pada waktu mulai tidur. Impian yang dapat membawa kesadaran kita ke dalam alam Malakut dan Jabbarut ialah impian sebagai akibat pengembaraan atau gerakan ruhani kita ke dalam kedua alam tersebut.

d. Alam Lahut.

Ialah alam yang mengatasi semua alam tadi, yang terisi melulu Zat Tuhan, yang tak ada awal dan akhirnya, yang tak terbatas. Satu – satunya perkataan yang dapat diberikan ialah Yang Mutlak.


Manusia dapat melihat isi alam dengan mata batinnya (sensus interior) yang lazim dinamakan ma’rifat. Makhluk – makhluk yang bersemayam di dalam alam Malakut dan Jabbarut ialah makhluk – makhluk hidup yang bebas dari ikatan dengan inti atom, jadinya terdiri melulu electron – electron. Pun di dalam alam Malakut ini tempat tinggalnya arwah juga ruh – ruh nenek moyang kita yang telah suci. Selain itu ruh idlofi atau ruh kudus yang menjadi perantara antara Sabda Tuhan dan kejadian serta peristiwa, bersemayam pula di alam alam tersebut.

Selain menggerombol menjadi makhluk Рmakhluk hidup yang metaphysic, juga menjadi pembawa cita Рcita atau angan Рangan (id̩e) Tuhan yang pelaksanaannya diatur oleh makhluk Рmakhluk hidup yang metaphysic tadi hingga berlangsung dengan tertib dan teratur. Pendek kata alam Рalam itu tadi selain menjadi tempat kediaman makhluk Рmakhluk hidup yang hanya terdiri daripada electron Рelectron bebas, juga menjadi sumber inspirasi, ilham atau intuitie, kasyf dan wahyu yang menjilma sebagai kitab Рkitab suci. Kekuasaan dapat melihat di dalam alam ini adalah hanya dimiliki oleh orang Рorang yang sempurna.

3.  ILHAM (INTUITIE), KASYF DAN WAHYU.

1.       Ilham, ialah bisikan sepintas lintas atau pikiran yang memberi semangat kepada seseorang. Ini bukan wahyu yang sebenarnya, oleh karena si penerima tidak diberitahukan di dalam ujud perkataan.
2.      Kasyf, ialah dari belakang tabir, seperti suatu silap mata ; pada keadaan ini seorang melihat suatu silap mata, baik di dalam tidur maupun di dalam sadar, atau di mana seseorang mendengar perkataan atau melihat tulisan atau tidak dengan sengaja mengucapkan perkataan itu.
3.      Wahyu, yaitu wahyu yang sebenarnya yang hanya dikaruniakan kepada Rasul – Rasul Tuhan. Ialah sabda – sabda Tuhan yang disampaikan kepada seseorang oleh malaikat Jibril.

Menurut Bergson bahwa pada manusia terdapat dua intuitie yaitu infra-intelectueel dan supra-intelectueel. Yang dimaksud dengan intuitie yang infra-intelectueel ialah intuitie yang menyertai anasir – anasir pikiran yang masuk ke dalam otak melalui panca indra. Pada manusia tidaklah melulu terdapat intuitie yang infra-intelectueel, oleh karena semua ilmu pengetahuan di dalam semua bagian – bagiannya harus menunjukkan obyectivitas yang tetap, ini terbukti tidaklah demikian. Lama kelamaan ilmu pengetahuan meninggalkan obyectivitas dan lama kelamaan ilmu pengetahuan tambah banyak mempergunakan lambang, sejajar dengan pergeseran penyelidikannya dari keadaan yang physis melalui keadaan yang hidup menuju keadaan yang metaphysic. Dengan anggapan bahwa kita mempunyai intuitie yang supra-intelectueel, maka dengan sendirinya antara infra dan supra harus ada perhubungannya.

Mata rantai perhubungan yang tertentu antara kedua ini memungkinkan kepada intuitie yang infra-intelectueel untuk meningkat ke arah intuitie yang supra-intelectueel. Dengan pertolongan supra-intelectueel intuitie pengetahuan kita tidak lagi terbatas pada khayal benda yang serba nisbi (relative), akan tetapi akan mengantarkan ilmu pengetahuan ke arah Yang Mutlak, ialah Tuhan.

Masuk golongan intuitie yang supra-intelectueel ialah kasyf, wahyu atau wahyul-matloew (wahyu yang diapalkan). Orang – orang yang tergolong mempunyai intuitie yang supra intelectueel ialah para wali, para nabi dan para ahli filsafat yang hasil pikirannya sampai akhir zaman tetap mempunyai harga, bahkan di dalam zaman modern ini menerima isbat dari fihak yang tidak disangka – sangka.

Berhubung dengan itu pusat akal dapat disinari oleh tiga kemungkinan :

1.       Oleh sinar dari jin, yang memberi intuitie kepada akal berupa ilham yang mengenai rasa keindahan dan kesenian, sedangkan para dewa memberi ilham yang mengenai kecintaan, keadilan dan hikmah.
2.      Oleh sinar dari budhi, yang memberi ilham tentang hakekat ; ilmu pengetahuan dan ilmu filsafat menerangkan intuitie daripadanya.
3.      Oleh sinar dari setan iblis yang mempengaruhi dua ilham tadi, hingga sebab terakhir dari dua intuitie tadi mengandung tujuan satanis.

Ditambah dengan nafsu – nafsu yang datang dari pangkal otak, maka hasil dari ilham –ilham ini akhirnya mengandung tujuan yang mementingkan hidup keduniaan. Oleh karena itu ilham – ilham ini dinamai intuitie yang infra-intelectueel.

Akan tetapi apabila pikiran kita ditingkatkan ke arah budhi, seperti dimaksud oleh Hegel, maka tenaga – tenaga pikiran tadi masuk ke dalam budhi dan oleh karena itu akan bebas dari pengaruh setan iblis. Di dalam budhi, pikiran ini sekarang menerima sinar dari alam Malakut yang berisi dengan malaikat, sabda Tuhan, cita alam, para arwah, ruh idlofi dan sebagainya.

Apabila pikiran kita terus kita runcingkan ke arah alam Lahut, maka kita akan menerima sinar dari isi alam Lahut, ialah sinar dari Tuhan Yang Maha Esa sendiri (Nur Ilahi). Ini adalah merupakan suatu kebahagiaan yang tertinggi bagi seseorang yang mencapai tingkatan hidup setinggi ini (ma’rifat).

a. Ukuran ke-empat.

Di dalam ilmu pengetahuan makhluk – makhluk seperti disebutkan diatas, dinyatakan sebagai makhluk – makhluk dari ruang ke-empat (dimensi ke-empat). Pawloski denga mempergunakan theorie dari Hinton dan peringatan dari Boucher memberi pelajaran, bahwa mereka yang dapat mempergunakan ukuran ke-empat (R4) dapat melihat bagian dalam dari segala badan benda, dengan tidak dihalang – halangi oleh dinding – dindingnya, bahkan ini tidak menjadi pertimbangan lagi. Lain daripada itu bagian – bagian luar dan dalam dari semua badan itu kelihatan oleh mereka seperti sama tingginya, jadi tidak bertumpuk – tumpuk, tetapi berjajar.

Maeterlink mengenangkan bahwa makhluk dari ukuran ke-empat barangkali dapat menembus badan kita seperti cahaya menembus hablur, untuk menimbulkan kesejahteraan atau malapetaka, kesehatan atau mati kepada kita dengan tidak diketahui atau diperduli oleh kita.

Alfred Taylor Schofield menyangka bahwa makhluk dari ukuran ke-empat mempunyai kekuasaan untuk dapat melihat semua keadaan dengan apa yang ada di dalamnya, tidak sebagai kenang – kenangan, tapi langsung.

Hinton mengadakan hypothese menurut mana kelahiran, kemajuan, kecerdasan, mati dan hidup, ialah tidak lain keadaan yang terjadi oleh karena makhluk-makhluk dari ruang ke-empat melewati ruang kita. Hypothese ini diperkuat oleh theori – theori dari perhitungan Prof.Karl Pearsen dalam bukunya “Stralende aether”.

Manusia sebagai pemimpin dari makhluk – makhluk hidup yang ada di dunia, sudah barang tentu di dalam jasad – jasadnya terkandung tunas dari (R4). Tunas dari R4 ini tidak lain ialah ruhani kita, yang halus sekali, tidak nyata, tidak dapat diraba, yang ada di dalam angan – angan, di dalam kenang – kenangan, penuh dengan daya gaib yang dapat mengadakan peristiwa – peristiwa ajaib.

Yang kita ketahui dari ruhani sekarang, ialah bahwa tempat tinggalnya ruhani itu di dalam ruang dari empat ukuran (R4) ialah ruang dari meta-geometrie, mempunyai sifat – sifat menurut hukum metaphysica dan mempunyai budhi pekerti yang dikenal di dalam ilmu meta-physica atau parapsychology.

b. Filsafat.

Ilmu filsafat yang didasarkan atas akal akan menghasilkan rasionalisme, sehingga bagi mereka yang mempelajari menurut cara – cara yang rasionalistis, tidak dapat kemungkinan untuk menerima kesan walaupun sedikit, bahwa dunia keadaan di dalam hakekatnya hanyalah gambaran daripada pikiran. Untuk aliran positivisme, pengertian tentang jiwa tidak lagi menarik perhatian dan proses memikir digambarkan sebagai proses kimia seerti diucapkan Koleschoot “Ohne Phosphor keine Gedanke”.

Menurut Auguste Comte, yang dimaksud dengan positief ialah rieel atau nyata, berfaedah, pasti dan tepat, berjasad (corporeel) dan adanya tergantung dari lain keadaan (relatief). Semua yang ada di atas atau di luarnya : Tuhan, ruh, hakekat hayat dan tenaga – tenaga, pendek kata semua yang berbau metaphysic dianggapnya tanggapan kalbu semata – mata atau impian belaka,mysticism anak –anak.

Positivisme membunuh kepercayaan terhadap adanya Tuhan yan mengatasi segala kenyataan yang diadakan oleh-Nya, terutama dari mereka yang menganggap dirinya ahli ilmu pengetahuan, akan tetapi hakekatnya ahli memikir yang sombong. Bukti dari matinya kepercayaan kepada adanya Tuhan  oleh kaum positief ialah ucapan himpunan kaum monis dari Hackel yang hanya mempercayai peristiwa – peristiwa di dalam alam menurut hukum – hukumnya dan menyangkal adanya makhluk – makhluk dan tenaga – tenaga di luar alam.

Kongres kaum memikir merdeka di Munchen pada tahun 1912 mengambil keputusan di antaranya : “Kesopanan yang berdasarkan agama itu tidak sopan, karena tidak mempunyai dasar di dalam dirinya sendiri, akan tetapi di luarnya. Tiap percampuran tangan dari agama dan kesopanan agama harus dianggap merugikan”. Fauerbach mengatakan bahwa Tuhan itu waham cita dan sumber yang tidak mempunyai dasar, penuh dengan kebohongan dan khayal, bertentangan dan kesimpulan – kesimpulan palsu. Sedang Oswald mengatakan bahwa pengertian tentang Tuhan telah dipenuhi dengan ilmu pengetahuan, hingga ini baginya tidak dapat disangkal lagi telah menggantikan pengertian Tuhan.

Kita bangsa timur mengetahui, bahwa pada umumnya mempunyai aliran falsafat atau pandangan hidup yang berdasarkan kebatinan ; akan tetapi oleh pengaruh ilmu pengetahuan exact dan tehnik barat yang sangat menyilaukan, maka sebagian besar dari bangsa timur tertekan di dalam tabung paksaan hidup yang bukan kodratnya. Ditambah dengan kenyataan, bahwa hampir seluruh bangsa timur dijajah oleh bangsa barat, hingga kebebasan untuk mengembangkan kebudayaannya sangat tertekan oleh penderitaan, kesengsaraan dan aturan – aturan yang memaksa mereka ikut serta hanyut di dalam arus kehidupan modern yang ditumbuhkan atas hasil ilmu pengetahuan dan tehnik.

Kemerdekaan bangsa timur seluruhnya berarti kesempatan tumbuhnya synthese antara kebudayaan barat dan timur dan ini berarti perubahan nasib seluruh umat manusia, dari umat manusia yang sengsara karena perselisihan, pertentangan, persengketaan dan akhirnya peperangan yang tak berakhiran, menjadi umat manusia yang bahagia, tenteram dan damai.

Aliran – aliran filsafat yang paling tinggi hanya mencapai tingkatan intuitie, artinya oleh ilmu filsafat baru diketahui, bahwa memikir kita sebenarnya harus mempergunakan bagian pusat akal yang menerima ilham yang datang dari luar panca indra.

Lain daripada itu belum ada satu aliran filsafat yang memperoleh hakekat kenyataan yang terakhir, oleh karena yang dicapai baru bagian – bagiannya. Selama dua ribu tahun ilmu filsafat barat belum dapat memecahkan soal – soal pokok. Mengetahui hakekat kenyataan yang terakhir berarti pula mengetahui hikmah. Ahli – ahli filsafat timur pada umumnya tergolong orang – orang yang sempurna, karena mengetahui hikmah dari tiap –tiap sesuatu.

Ilmu filsafat yang sebenarnya harus merupakan gerak pikiran yang meningkat ke arah kenyataan yang mutlak. Dengan lenyapnya kenyataan yang mutlak berhenti pula filsafat. Berhubung dengan itu filsafat yang berdasarkan positivisme atau gerak pikiran yang memusat kepada kenyataan yang nisbi (relatief), tidak mungkin dapat dipandang sebagai filsafat.

c. Agama.


Darimana datangnya agama ? Tidak mungkin dapat dijawab, karena kemana juga kita akan menjumpai orang, golongan, suku bangsa atau bangsa yang telah menganut suatu agama yang sesuai dengan tingkatan kemajuan pikirannya, dari animisme sampai monotheisme.

Ilmu sejarah tidak berkuasa untuk menyelidiki di dalam gudangnya, agama mana yang menjadi pangkal pokoknya semua agama. Pun ilmu pengetahuan tidak dapat memberikan keterangan secara ilmu jiwa, sebab tumbuhnya agama. Kenyataan ini menjadi bukti, bahwa rasa keagamaan masuk golongan nafsu yang tumbuh sendiri pada waktunya seperti lain – lain nafsu, yang oleh Islam dinyatakan fitrah.

Berhubung dengan itu maka di dalam tiap – tiap sanubari manusia bersemayam suatu nafsu yang mendorong manusia mencari Tuhan, dan oleh karenanya manusia mempunyai agama. Akan tetapi di dalam meraba – raba mencari Tuhan, sebagian dari umat manusia belum menemui tingkatan yang paling tinggi. Akibatnya tumbuh berbagai – bagai agama, yang masing – masing menyembah kepada jin, setan, dewa dsb. Atau apabila dengan intelectualism, logika dan bukti tidak dapat menemui Tuhan, Tuhan dianggap tidak ada. Hanya agama yang menyembah kepada Yang Satu (Absoluut Monistisch), itulah agama yang sempurna.

Fitrah manusia yang tumbuh untuk mencari sesembahan yakni Tuhan, adalah seperti kisah Nabi Ibrohim yang telah dilukiskan dalam kitab suci Al-Qur’an, oleh sebab itu agama hanya dapat diterangkan berasal dari Tuhan. Tuhan adalah syarat mutlak bagi berkembangnya agama. Wujudnya Tuhan dengan firman – firman-Nya itulah dasar dari tiap agama.

Kesadaran tentang adanya Tuhan ialah menyembah kepada Yang Maha Esa. Menyembah kepada yang Maha Esa menurut cara –cara yang telah ditetapkan oleh yang disembah yakni Tuhan, berarti menyembah menurut patokan agama , atau dengan lain perkataan menjalankan syari’atnya.

Pelajaran syare’at adalah pelajaran patokan dan hukum agama yang lahir, yang kita kerjakan dengan perbuatan lahir. Perbuatan lahir saja akan pula manjadi tabir dari hakekat. Maka untuk menembus tirai ini hingga menemukan hakekat, ialah apabila kita dalam menunaikan wajib terhadap agama, tidak berhenti di dalam syare’atnya saja, akan tetapi kita tingkatkan ke dalam tharekat (metode), hakekat bahkan sampai kepada ma’rifat.

Walaupun demikian, syare’at wajib kita kerjakan dengan sungguh, oleh karena kita mengenal sesuatu pertama – tama di dalam wujudnya, lahirnya lebih dahulu. Ibarat kita tidak akan dapat masuk ke dalam rumah apabila kita tidak terlebih dahulu berada di luarnya. Akan tetapi untuk dapat mengetahui suatu rumah luar dan dalamnya, maka kita tidak boleh tinggal diluarnya saja, kita harus memasuki pula.

Demikianlah kita mengenal sesuatu agama sedalam – dalamnya haruslah dapat dicapai dengan menyelami makna kebatinannya. Bagi agama Islam adalah tashawuf Islam merupakan suatu alat untuk mengenal kebesarannya.

Ilmu pengetahuan sejati, ialah ilmu pengetahuan yang di dalam penyelidikannya menuju ke arah Yang Mutlak. Ilmu pengetahuan sejati harus merupakan persiapan bagi religie, dan metaphysica atom itulah yang akan membuka selubung rahasia hidup dan kehidupan.